PENDIDIKAN BERORIENTASI PADA DUNIA KERJA, SOLUSI DALAM
MENGATASI PERMASALAHAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Rendra Ananta Prima Hardiyanta
Berbagai
permasalahan Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) pada tingkat Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) akhir-akhir ini muncul kembali, antara lain tentang: (1) mutu
dan kompetensi lulusan, (2) relevansi kompetensi lulusan dengan kompetensi yang
dibutuhkan dunia kerja/industri, (3) kepedulian industri terhadap PTK relatif
belum optimal, (4) sarana dan prasarana pendukung pembelajaran belum memadahi.
Pendidikan
berorientasi pada dunia kerja merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan
kejuruan karena pengguna utama dari pendidikan kejuruan adalah tenaga kerja di
industri. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 bahwa pendidikan
menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan
tertentu. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk
memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Sesuai dengan
bentuknya, sekolah menengah kejuruan menyelenggarakan program-program pendidikan
yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan kerja (industri). Jika pendidikan
menengah kejuruan ingin efektif, sesuai dengan teori Charles Prosser (1925),
maka seluruh kegiatan yang dilaksanakan pendidikan menengah kejuruan harus
disesuaikan dengan kondisi di industri dan berorientasi pada demand driven atau permintaan kebutuhan
tenaga kerja di industri.
Perubahan/pengembangan
kurikulum pendidikan menengah kejuruan (SMK) sangat diperlukan karena melihat
perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat serta kebutuhan dunia
kerja yang semakin kompetitif. Jika kurikulum yang ada di SMK tidak berkembang disesuaikan
dengan dengan kebutuhan zaman, maka hasil lulusan SMK tidak akan mendapat
kesempatan berkompetisi di dunia kerja karena tertinggal dari segi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Jika kurikulum tidak dikembangkan maka lulusan SMK
tidak dapat menggunakan alat-alat dengan teknologi terbaru. Melihat hal
tersebut maka diperlukan pengembangan kurikulum yang diajarkan pendidikan
menengah agar setiap hasil lulusan pendidikan menengah kejuruan dapat langsung
terserap di dunia kerja.
Secara
umum rencana strategis dalam mengatasi permasalahan Pendidikan Teknologi Kejuruan
merupakan tanggungjawab bersama. Alternatif yang dapat diambil untuk mengatasi
permasalahan dalam Pendidikan Teknologi dan Kejuruan adalah sebagai berikut.
a. Merancang kurikulum berdasarkan standar
kompetensi yang diperlukan oleh industri dengan memperhatikan kebutuhan tenaga
kerja di industri serta mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) ditambah dengan keterampilan abad ke 21.
b.
Menignkatkan efisiensi pemanfaatan guru
dengan memperbaiki rasio guru-murid yang ideal.
c. Menguatkan pengawasan dan evaluasi program
sertifikasi guru pada setiap satuan pendidikan menengah kejuruan setiap dua
bulan sekali secara ketat, komprehensif, dan berkelanjutan.
d. Mendorong guru berpartisipasi aktif dalam kegiatan
penelitian tindakan kelas melalui insentif yang diberikan pemerintah.
e. Mengoptimalkan peran asosiasi
profesi dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dalam
dunia pendidikan melalui peningkatan mutu dan standar kompetensi berstandar industri.
f. Mengoptimalkan sertifikasi kompetensi
peserta didik pada setiap satuan pendidikan bekerjasama dengan asosiasi profesi
mengacu pada dan Kerangka Kualifikasi Nasiona Indonesia (KKNI).
g. Mendorong industri mengalokasikan dana
lebih minimal 5% dari profit untuk
perduli pada pendidikan menengah kejuruan melalui pengadaan sarana dan
prasarana termasuk dana riset pendidikan sesuai
standar industri guna meningkatkan mutu pendidikan menengah kejuruan.
h. Mengembangkan technopark dan teaching
factory di SMK guna membangun link
antara akademisi dan pelaku industri.
i. Mengoptimalkan teori experiential learning, context teaching and learning, dan work-based learning dalam pembelajaran
di kelas.
j. Sesuai dengan UU No.40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas. Mendorong industri menambah intensitas program Corporate Social Responsibility (CSR)
sehingga industri merasa ikut bertanggungjawab terhadap kondisi lingkungan
sosial budaya maupun kesejahteraan masyarakat setempat.
k.
Meningkatkan koordinasi antara Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Kementrian Ketenagakerjaan,
dan Kementrian Pendidikan dalam hal pelaksanaan Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan.
Permasalahan
yang muncul di lingkungan Pendidikan Teknologi Kejuruan tidak lepas dari
penyimpangan-penyimpangan terhadap teori Pendidikan kejuruan yang efektif menurut
Charles Prosser, sehingga untuk mengatasi permasalahan yang ada juga harus
merujuk membali pada prinsip Pendidikan kejuruan yang efektif menurut Charles
Prosser. Selain berbagai rencana strategis di atas terdapat implikasi yang dapat
gunakan sebagai alternative megnatasi permasalahan PTK merujuk pada 16 prinsip Pendidikan
Kejuruan menurut Charles Prosser (1925) yaitu sebagai berikut.
1. Pendidikan kejuruan akan efisien
jika lingkungan di mana siswa dilatih merupakan replika lingkungan di mana
nanti ia akan bekerja :
- Sekolah
mengusahakan menciptakan ekosistem pendidikan yang serupa dengan Industri
dimana siswa nantinya akan bekerja.
- Sekolah
membuat layout yang mirip dengan industri.
- Sekolah
menyelenggarakan pelajaran sesuai waktu di Industri. Contoh: masuk jam 7.00
pagi hingga jam 16.00 sore.
- Sekolah
menyelenggarakan disiplin dan budaya kerja sesuai dengan industri
- Sekolah
menerapkan aturan reward and punishment dalam lingkungan
sekolah.
2. Pendidikan kejuruan akan efektif
hanya dapat diberikan di mana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat,
dan mesin yang sama seperti yang diterapkan di tempat kerja :
- Sekolah
bekerjasama dengan industri dalam pengadaan alat dan bahan
- Industri
menyediakan alat dan bahan serta menilai kulaitas alat di sekolah
- Pemerintah
membiayai pengadaan alat sesuai standar di Industri
3. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika dia melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang
diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri :
- Sekolah
menerapkan sistem Problem Based
Learning
- Siswa
turut aktif dalam kegiatan pemecahan masalah. Tanpa peran aktif siswa
program tidak akan berjalan
- Industri
memberikan izin penelitian/praktik di lokasi/bengkel
- Menerapkan
Model Pendidikan Magang, Cooperative
Learning, dan Work Based Learning.
4. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika dia dapat memampukan setiap individu memodali minatnya, pengetahuannya,
dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi :
- Siswa
memilih sendiri mata pelajaran yang ingin dipelajarinya
- Sekolah
menyediakan fasitas yang bisa diakses siswa 24 jam jika perlu kapan saja
melalui izin.
- Orang
tua ikut mendukung kegiatan yang sudah diprogramkan oleh sekolah.
5. Pendidikan kejuruan yang efektif
untuk setiap profesi, jabatan, atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada
seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya, dan yang dapat untung
darinya :
- Industri
menyediakan kuota yang banyak khusus untuk siswa yang berprestasi melalui
beasiswa
- Sekolah
menyampaikan Standar kompetensi yang akan dicapai dan harus dicapai
setelah pelaksanaan pendidikan di SMK.
- Pemerintah
membuat kebijakan tentang hubungan Sekolah dengan Industri mengenai
kerjasama dan beasiswa.
6. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfikir
yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan
nantinya:
- Sekolah
mengoptimalkan Pendidikan Sistem Ganda
- Sekolah
mengoptimalkan Teaching factory
7. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan
keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan:
- Mengekfektifkan
Uji Kompetensi Guru untuk menjaga kualitas guru
- Pemerintah
membentuk badan pengawas dan evaluasi penggunaan Tunjangan Sertifikasi
Guru
- Pemerintah
membuat kebijakan tentang wajib guru mengikuti forum assosiasi profesi
- Siswa
memahami pentingnya proses pembelajaran di SMK yang disesuaikan dengan
Industri.
- Menonaktifkan
guru yang sudah tidak produktif dan tidak relevan dengan memberikan
pesangon sebagai modal usaha.
- Mengoptimalkan
guru-guru yang produktif dan kompeten untuk menyiapkan siswa memasuki
dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian dan tantangan masa depan.
8. Pada setiap jabatan ada kemampuan
minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan
tersebut:
- Pemerintah
mensosialisasikan kepada khalayak tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia yang diakui secara Nasional bahkan Internasional, yaitu
kompetensi minimal yang harus dikuasai untuk bekerja pada bidang tertentu
- Mengoptimalkan
Sertifikasi Profesi Berbasis Okupasi/Jabatan
- Mengoptimalkan
peran serta Badan Nasional Sertifikasi Profesi
9. Pendidikan kejuruan harus
memperhatikan permintaan pasar (memperhatikan tanda-tanda pasar kerja):
- Lembaga
Pendidikan (Sekolah) menjalin hubungan yang baik dengan industri sebagai
pengguna untuk mencari informasi terkini tentang kebutuhan tenaga kerja,
kompetensi kerja amsa depan, dan proses penerimaan tenaga kerja.
- Sekolah
menyiapkan alur kaderisasi tenaga kerja dari awal masuk sekolah hingga
masuk dunia kerja
- Sekolah
menyiapkan bimbingan karirer untuk siswanya dilihat dari tujuan dimana
dia akan bekerja.
10. Proses pembinaan kebiasaan yang
efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang
nyata (pengalaman sarat nilai):
- Sekolah
mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan implementasi teaching factory
yaitu pekerjaan nyata dibawa ke dalam pembelajaran.
- Siswa
perberan aktif dan memahami bahwa kuaitas produk yang dihasilkan harus
dapat bernilai jual.
- Guru
mengikuti forum assosiasi profesi untuk meningkatkan skill dan
keterampilan dalam teori maupun praktik.
11. Sumber yang dapat dipercaya untuk
mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi (jabatan) tertentu adalah dari
pengalaman para ahli pada okupasi(jabatan) tersebut:
- Guru
melakukan studi kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa pada prodi
tertentu dengan melakukan observasi kepada praktisi ahli di lingkungan
industri sesuai dengan bidang yang digeluti.
- Sekolah
mensosialisasikan kompetensi yang akan diajarkan, yang sedang diajarkan,
dan yang akan diajarkan kepada siswa dan orang tua siswa.
- Industri
memberikan kemudahan kepada guru/dosen untuk melakukan observasi mengenai
kompetensi inti yang harus dimiliki pegawai/karyawan di lingkungan
industri.
- Pemerintah
memberikan alokasi dana dan mengatur kebijakan khusus untuk penelitian
kompetensi inti setiap Industri di Indonesia.
12. Setiap okupasi/jabatan mempunyai
ciri-ciri isi yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya:
- Sekolah
harus dapat membagi mata pelajaran yang wajib dan yang mewarnai program
studi dan mata pelajaran yang merupakan pilihan peserta didik sendiri.
- Industri
menetapkan kompetensi, tugas pokok, kewajiban, dan fungsi tiap komponen
industri harus dideskripsikan secara jelas dan terbatas agar tidak
terjadi tumpang tindih kewenangan dan saling menyalahkan.
- Sekolah
mengajarkan tentang pembagian job di Industri dan bagaimana bekerja
secara kolaboratif di dalam sebuah perusahaan besar.
- Guru
seharusnya dapat mendidik anak didiknya agar memiliki rasa loyal yang
tinggi terhadap pekerjaan.
- Guru
seharusnya dapat mengembangkan minat dan bakat siswa sesuai dengan
kemampuan siswa.
13. Pendidikan kejuruan akan merupakan
layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang
mememerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan:
- Sekolah
memberikan fasilitas asuransi kesehatan (BPJS) kepada siswanya
- Sekolah
memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan melengkapi
fasilitas sesuai dengan Undang Undang K3.
- Sekolah
memberikan fasilitas Bimbingan konseling yang rutin dan berkelanjutan
selain untuk membantu memecahkan permasalahan siswa juga dapat
mengarahkan siswa setelah lulus dari pendidikan kejuruan apakah ingin
bekerja atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi ssuai minat
dan kemampuan siswa.
14. Pendidikan kejuruan akan efisien
jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut:
- Guru
menguasai psikologi pendidikan peserta didik, karakteristik siswa, dan
gaya belajar siswa.
- Guru memiliki
kompetensi kepribadian sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi
peserta didiknya.
- Guru
seharusnya menguasai metode yang tepat untuk digunakan pada saat
pelajaran di kelas maupun pelajaran praktik di lab.
- Siswa
seharusnya selalu aktif dalam segala kegiatan pengembangan
diri/ekstrakurikuler yang ada di sekolah agar mendapatkan kemampuan dan
pengalaman lebih berupa softskill yang tidak diajarkan di kelas.
- Sekolah
mengalokasikan dana khusus untuk perlombaan penelitian tindakan kelas.
- Pemerintah
mengalokasikan dana khusus untuk perlombaan penelitian tindakan kelas.
15. Administrasi pendidikan kejuruan
akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar:
a. Sekolah menyediakan videotron atau
papan pengumuman yang berisikan tentang kondisi keuangan sekolah yang dapat
diakses oleh siapapun di lingkungan sekolah sehingga pengawasan terhadap
kebijakan yang dilakukan sekolah dapat dipantai setiap saat.
b. Sekolah menyampaikan kondisi
keuangan sekolah melalui web sekolah. Transparansi dan akuntabilitas dana akan
menarik perhatian seluruh stakeholder pendidikan kejuruan, harapannya seluruh
stakeholder pendidikan kejuruan juga ikut membantu terciptanya pendidikan
kejuruan yang berkualitas dan kompeten untuk kesejahteraan bersama.
16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya
tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh
dipaksakan beroperasi.:
a. Pembukaan program keahlian
didasarkan atas permintaan atau analisis kebutuhan tenaga kerja di Industri.
b. Sekolah merancang
dan mensosialisasikan cost unit untuk setiap program keahlian per siswa sehingga dapat diketahui berapa
kebututuhan dana untuk mencetak/meluluskan
seseorang dengan kompetensi tertentu dan dapat bekerja dalam
bidang tertentu.
- Industri
bertanggungjawab dengan penyediaan bantuan alat dan bahan yang relevan
dan berorientasi pada masa depan.
- Orang tua murid seharusnya ikut
serta dalam memfasilitasi pendidikan kejuruan minimal dengan menyapkan
barang-barang keperluan sekolah sehingga siswa sudah siap menerima materi
ketika berada di sekolah dan juga motivasi agar siswa bersemangat dalam
belajar.
- Pemerintah bersama dinas perdagangan
dan perindustrian menyediakan inkubator usaha kecil untuk menampung lulusan
sekolah kejuruan yang belum mendapatkan pekerjaan sehingga tetap terjamin
kelangsungan hidupnya.
REFERENSI:
Presiden Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Sofyan,
Herminarto. (2016). Materi Kuliah Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Universitas Negeri Yogyakarta.