Sabtu, 22 Februari 2020

8 PRINSIP PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI


8 PRINSIP PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI
(PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)



NO
KRITERIA PENILAIAN
PENGERTIAN
CONTOH/PENJELASAN
1
Validitas
Artinya teknik/metode asesmen yang digunakan untuk mengukur capaian kompetensi harus sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai.
Kompetensi:  Menggunakan peralatan tangan

Teknik/Metode Asesmen:
unjuk kinerja

NB: Jika menggunakan teknik/metode yang lain, maka asesmen menjadi tidak valid
2
Reliabilitas
Artinya hasil asesmen handal dan dapat dipercaya, asesmen yang handal terdapat konsistensi pada hasil pengujian, jika dilakukan asesmen ulang pada kondisi yang sama diperoleh hasil yang relatif sama.
Siapapun, kapanpun dan dimanapun instruktur menguji peserta didik menggunakan instrumen yang sama hasilnya harus relative ajeg (tetap).

Ex: Instruktur A menilai Z di kota P pada siang hari, akan relative sama hasilnya jika Intruktur B menilai Z di kota Q pada sore hari.

Dengan catatan kondisi awal peserta pelatihan diasumsikan sama.
3
Komprehensif
Artinya penilaian harus dilakukan secara menyeluruh pada semua aspek kompetensi yang telah ditetapkan dengan menggunakan berbagai teknik dan metode asesmen untuk menilai kompetensi peserta pelatihan.
Menguji kompetensi memperbaiki kendaraan sistem injeksi harus menggunakan berbagai penilaian: tes tertulis atau lisan untuk menilai pemahaman diagnosis, dan tes unjuk kerja untuk menilai kinerja memperbaiki kendaraan.
4
Adil
Teknik/metode asesmen dalam pelaksanaan penilaian harus adil untuk semua peserta pelatihan. Menggunakan prosedur, aturan, kriteria dan bahasa yang digunakan harus jelas untuk setiap peserta pelatihan.
Selama pengujian, Instruktur memberikan standar operasional dan standar waktu yang sama untuk semua peserta pelatihan dan tidak bersikap diskriminatif. Misal seluruh peserta pelatihan diberikan waktu maksimal 90 menit untuk melakukan servis kendaraan ringan sistem injeksi.
5
Objektif
Artinya proses asesmen yang dilakukan harus terhindar dari pengaruh-pengaruh atau pertimbangan yang bersifat subyektif.
Instruktur melakukan penilaian sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan sebelumnya. Misal menggunakan Standar Nasional, Standar khusus Industri Toyota, atau Standar Internasional sehingga jelas standar yang digunakan sebagai acuan.
6
Berpusat kepada peserta
Artinya proses asesmen difokuskan kepada peserta untuk pencapaian kompetensi, bukan kepada penguasaan materi pelatihan. Oleh karena itu asesmen harus dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus kepada peserta dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
Instruktur senantiasa mengembangkan materi penilaian, metode, dan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik peserta pelatihan untuk memudahkan pelatihan maupun penilaian di akhir sesi.
7
Efektif dan efisien
Artinya tidak membuang-buang sumber daya pelatihan dan efektif dalam menilai kompetensi yang ditetapkan.
Instruktur hanya melakukan penilaian sesuai dengan hal-hal yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak menambah aktivitas penilaian lainnya.
8
Bagian dari pelatihan
Artinya assesmen merupakan bagian dari proses pelatihan dan
bukan untuk “menghakimi” atau menggambarkan ketidakmampuan peserta pelatihan, tetapi asesmen harus mampu memberikan informasi positif dan umpan balik terhadap peningkatan capaian kompetensi peserta pelatihan. Dengan demikian hasil asesmen menjadi dasar untuk memotivasi, peningkatan kualitas instruktur dan kualitas proses pelatihan.
Setelah selesai melakukan penilaian, instruktur menyampaikan pencapaian kepada peserta pelatihan untuk dilakukan tindak lanjut terhadap kompetensi yang telah dicapai maupun yang belum dicapai untuk kepentingan pengembangan diri dalam sebuah pelatihan.


Jumat, 21 Februari 2020

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)


Halo sahabat, Pernah mendengar istilah KKNI? Apa sih Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) itu? Yukk simak artikel berikut ini. 
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden RI No.8 Tahun 2012 KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. KKNI memungkinkan pengakuan penyetaraan standar kemampuan seseorang dari berbagai jalur pendidikan, baik dari pendidikan formal akademik, program vokasi, program profesi, pengalaman kerja di dunia industri, maupun pengalaman mandiri.
Pemerintah Indonesia mengakui penjenjangan KKNI melalui Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden RI No.8 Tahun 2012. KKNI diterapkan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan maupun dunia usaha dan dunia industri sesuai dengan tingkat penjenjengannya. KKNI memungkinkan pengakuan kompetensi berdasarkan tingkat pendidikan maupun pengalaman di lapangan. Pembuatan kurikulum dan penjenjangan jabatan disesuaikan dengan level-level pada KKNI dari level 1-9.
Deskripsi Kualifikasi pada KKNI merefleksikan learning outcomes (capaian pembelajaran) yang diperoleh seseorang melalui jalur: (1) pendidikan, (2) pelatihan, (3) pengalaman kerja, dan (4) pembelajaran mandiri. Berikut ini adalah gambar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).


Gambar 1. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Sumber: Dikti.org

KKNI digunakan sebagai dasar pelaksanaan pemberian sertifikat atau ijazah pendidikan di indonesia. Keberadaan kerangka kualifikasi secara nasional diharapkan akan mendorong pengembangan keterampilan para pekerja, memfasilitasi mobilitas peserta didik dan tenaga kerja, serta meningkatkan akses seseorang untuk mengikuti jenjang pendidikan serta pelatihan lebih tinggi sepanjang hidupnya.
Demikian sob deskripsi singkat tentang KKNI, nahh sekarang sudah tau kan pentingnya KKNI dalam dunia pendidikan? So ayo tingkatkan kemampuan kita untuk mencapai level 9. Selamat belajar dan berjuang ya Sob ! Semoga artikel bermanfaat, jangan lupa tinggalkan komentar di bawah yaa .

Referensi:
Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006
Peraturan Presiden RI No.8 Tahun 2012

7 SKILLS FOR THE FUTURE




Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Hai sahabat apa kabar? Semoga senantiasa sehat dan waras ! Kali ini kami akan sampaikan tujuh skill atau keterampilan yang harus dimiliki orang untuk dapat menjadi orang yang sukses financial dan lebih bermanfaat. Langsung saja 7 skill itu apa saja? Oke.

1. Closing = yaitu kemampuan untuk membuat orang bersedia membayar langsung kepada Anda dengan suka rela
2. Public Speaking = yaitu kemampuan untuk menyampaikan ide/gagasan kepada orang banyak dengan cara yg menarik
3. Writting = yaitu kemampuan menuliskan ide/gagasan kepada orang lain melalui tulisan.
4. Leadership = yaitu kemampuan bekerja dalma tim dengan senang hati, efektif, dan efisien.
5. Priority management = yaitu kemampuan membagi waktu 24 jam beserta skala prioritasnya.
6. Money management = yaitu kemampuan mencari sumber pemasukan, membagi, dan mengelola keuangan dengan baik
7. Mindset management = yaitu kemampuan mengelola pola pikir agar selalu berpikir positif dan terkalkulasi (terencana).


Demikian 7 skill/kemampuan yang harus dimiliki untuk menjadi orang yang sukses di masa depan (future).  Semoga tulisan singkat ini bermanfaat. Silahkan bagikan ke rekan kerja atau keluarga Anda .

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam hangat dari penulis : )





Sabtu, 15 Februari 2020

TIPS MENULIS KARYA NYATA




Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Apa kabar sobat blogger? Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat, karunia, dan kesehatan kepada kita semua Ammin. Berikut ini akan mimin paparkan tujuh tips bagaimana menulis karya nyata atau laporan kegiatan yang telah dilaksanakan agar menjadi sebuah tulisan yang baik dan menarik untuk dibaca.

1. Sesuaikan dengan topik/tema penulisan
2. Sampaikan inovasi karya nyata yang telah dibuat
3. Menulislah sesuai dengan sistematika atau petunjuk teknis yang telah ada
4. Menulislah dengan memperhatikan indikator penilaian
5. Latar belakang masalah harus jelas spesifik sesuai dengan bidang dan area kerja Anda saat ini
6. Minta orang lain untuk mereview karya Anda kemudian diskusikan bagaimana rekomendasi selanjutnya.
7. Selalu iringi setiap tahapan kegiatan dengan meluruskan niat yang lurus, berdoa kepada Allah, bekerja dengan sungguh-sungguh, bertawwakkal, serta bersabar jika hasil belum sesuai yang diharapkan.

Demikian tujuh tips menulis karya nyata baik berupa laporan kegiatan/program maupun laporan pembuatan karya nyata yang telah dilaksanakan.. Semoga bermanfaat untuk seseorang yang ingin menulis karya nyata. Sampai jumpa di artikel selanjutnya.


| salam hangat dari penulis | 

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Selasa, 11 Februari 2020

GLOSSARIUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI



1. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

2. Sistem Pelatihan Kerja Nasional yang selanjutnya disingkat Sislatkernas, adalah keterkaitan dan keterpaduan berbagai komponen pelatihan kerja untuk mencapai tujuan pelatihan kerja nasional.

3. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

4. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

5. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui uji kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Standar Internasional dan/atau Standar Khusus.

6. Sertifikat kompetensi kerja adalah bukti tertulis yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi terakreditasi yang menerangkan bahwa seseorang telah menguasai kompetensi kerja tertentu sesuai dengan SKKNI, Standar Internasional dan/atau Standar Khusus.

7. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

8. Asesmen adalah Proses penilaian kepada seseorang terhadap pemenuhan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi kompetensi. 


ATEE Association for Teacher Education in Europe

BWP Berufs- and Wirtschaftspädagogik [education in TVET, educational research in TVET]

CE Comparative Education

CEDEFOP Centre européen pour le développement de la formation professionnelle, [European Centre for the Development of Vocational Training]

CESE Comparative Education Societies in Europe

DFG Deutsche Forschungsgemeinschaft [German Research Foundation]

ECER European Conference on Educational Re search

EERA European Educational Research Association

ETF ↑European Training Foundation

ERIC Educational Resources Information Centre Institute of Education Science of the U.S. Department of Education

EU European Union

IEA International Association for the Evaluation of Educational Achievement

ILO International Labour Organisation

OECD Organisation for Economic Co-operation and Development

TAFE Training and Further Education (College)

TVET Technical and Vocational Education and Training

UNEVOC UNESCO International Centre for Technical and Vocational Education and Training

CRE Comparative Research in Education

VET Vocational Education and Training

WCCES World Council of Comparative Education Societies


Sumber:
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 185 Tahun 2018

Tentang Perubahan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 161 Tahun 2015 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Pendidikan Golongan Pokok Jasa Pendidikan Bidang Standarisasi, Pelatihan dan Sertifikasi

STRATEGI PEMBELAJARAN “5M” DALAM PERAWATAN DAN PERBAIKAN CONTINOUS VARIABLE TRANSMISSION (CVT) GUNA MENGHASILKAN PESERTA DIDIK YANG KOMPETEN, BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING

STRATEGI PEMBELAJARAN “5M” DALAM PERAWATAN DAN PERBAIKAN CONTINOUS VARIABLE TRANSMISSION (CVT) GUNA MENGHASILKAN PESERTA DIDIK YANG KOMPETEN, BERKARAKTER DAN BERDAYA SAING

Rendra Ananta Prima Hardiyanta



ABSTRAK

Pada era generasi minenial saat ini, memiliki sebuah kompetensi yang dapat dijual dan bermanfaat bagi masyarakat merupakan sesuatu yang wajib dimiliki bagi setiap orang yang ingin bertahan hidup. Salah satu kompetensi itu adalah kompetensi sektor otomotif sub sektor sepeda motor. Kompetensi ini dapat dimiliki melalui pendidikan di Lembaga Kursus dan Pelatihan Prima Nusantara Yogyakarta yang di dalamnya terdapat program pelatihan mekanik sepeda motor yang menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia dalam pengembangan materi pembelajaran serta bekerjasama dengan LSP-P3 LSP Otomotif Indonesia dalam bidang sertifikasi tenaga kerja.
            LKP Prima Nusantara mengimplementasikan Strategi “5M” dalam Pembelajaran Otomotif CVT. Strategi “5M” adalah singkatan dari 5 (lima) proses pembelajaran yang membentuk 5 karakter yaitu Membongkar (Keberanian), Membersihkan (Kedisiplinan), Menyetel (Ketelitian), Mengganti (Ketegasan), serta Mengulangi (Percaya Diri).
            Hasil dari implementasi strategi “5M”dalam pembelajaran otomotif CVT di LKP Prima Nusantara Yogyakarta dengan kompetensi dasar memelihara sistem transmisi otomatis CVT adalah peserta didik memiliki kompetensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja serta karakter Berani, Disiplin, Teliti, Tegas, dan Percaya Diri. Selanjutnya pekerjaan servis sistem transmisi CVT dapat diselesaikan efektif dan efisien. Dampaknya peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan pekerjaan melalui usaha mandiri maupun bekerja pada sebuah bengkel sepeda motor.
           Kendala-kendala di lapangan adalah: (1) motivasi serta disiplin peserta didik yang tidak dapat diprediksi dalam mengikuti pembelajaran, (2) peserta didik belum mengetahui persaingan untuk memasuki dunia kerja. Kendala yang ada tersebut dapat diatasi dengan faktor-faktor yang mendukung seperti: (1) kurikulum yang berbasis SKKNI, (2) tersedia Instruktur yang tersertifikasi, (3) pertumbuhan bengkel-bengkel yang sangat signifikan serta kebijakan pemerintah mendorong tumbuhnya usaha kecil.

          Berbagai pengembangan model pebelajaran terus diupayakan guna mengikuti perkembangan teknologi sepeda motor dan melakukan inovasi dalam penerapan model pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan semangat belajar peserta didik sesuai tuntutan zaman. Rekomendasi yang dapat diberikan dari penulis adalah: (1) sebaiknya pemahaman bahwa pendidikan karakter merupakan tanggungjawab keluarga, pemerintah dan masyarakat selalu ditekankan agar karakter peserta didik semakin kuat karena pembentukannya terus berulang, (2) instruktur harus senantiasa mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang mengikuti perkembangan zaman terutama untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Kata Kunci:
Membongkar     - Keberanian
Membersihkan  - Kedisiplinan
Menyetel            - Ketelitian
Mengganti         - Ketegasan
Mengulangi       - Percaya Diri

TAKS SHEET CVT
1.    Pemeriksaan oli transmisi
2.    Pemeriksaan dan pembersihan V-Belt
3.    Pemeriksaan dan pembersihan weight roller
4.    Pemeriksaan dan pembersihan moveable drive face
5.    Pemeriksaan dan pembersihan driven face boss
6.    Pemeriksaan dan pembersihan area kick stater
7.    Pemberian gemuk pada bearing CVT
8.    Pemberian gemuk pada area face moveable drive
9.    Pemberian gemuk pada gear comp kick stater
10.  Pemberian gemuk pada spindle comp kick stater

Sabtu, 01 Februari 2020

MODEL PENDIDIKAN VOKASIONAL DI AKADEMI KOMUNITAS TOYOTA INDONESIA (AKTI)


MODEL PENDIDIKAN VOKASIONAL
DI AKADEMI KOMUNITAS TOYOTA INDONESIA (AKTI)
Oleh:
Rendra Ananta Prima Hardiyanta

Abstrak
Pembangunan sektor industri membutuhkan tenaga kerja yang kompeten dan link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Tenaga kerja yang kompeten dibentuk oleh lembaga pendidikan vokasional yang kompeten pula. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan model pendidikan vokasional di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI), (2) struktur organisasi di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI), dan (3) mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model pendidikan vokasional di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI). Metode dalam penelitian ini adalah studi literatur yaitu dengan melakukan pencarian sumber bacaan dari internet, buku referensi, maupun artikel pendidikan vokasional yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Model pembelajaran di AKTI terdiri dari 4 fase yaitu: (a) penanaman sikap dasar dan mobilitas pekerja industri, (b) penumbuhan kemampuan belajar teori, praktik, dan kebiasaan di asrama, (c) pengembangan minat bakat, softskills dan leadership, kemudian diakhiri dengan (d) praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi; (2) Struktur Organisasi AKTI adalah terdiri dari: (1) Senat Akademik, (2) Direktur, (3) Dewan Penyantun, (4) Dewan Kode Etik, (5) Satuan Pengawas Internal (SDM & Keaungan), (6) Wakil Direktur I, (7) Wakil Direktur II, serta (8) Dosen. Wakil direktur I bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Ketua Team Persiapan Prodi TPKR4, Badan Administrasi Akademik, Unit Perpustakaan, Penelitian dan PKM, Program Studi TPMO, dan Unit Penjaminan Mutu sedangkan Wakil direktur II bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Unit Laboratorium Sarana dan Prasarana, Unit Keuangan, Unit Kemahasiswaan dan Alumni, Unit Kelembagaan, SDM, Kerjasama dan IT; (3) Kelebihan AKTI antara lain: (1) memiliki tim pengajar yang kompeten, (2) memiliki struktur organisasi yang rapi dan solid, (3) memiliki program kerja yang tepat, (4) memiliki manajemen pengelolaan yang kuat, (5) memiliki manajemen sistem informasi (IT) yang akurat, serta (6) memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diantaranya. Sedangkan kelemahan AKTI antara lain:(1) Jumlah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan di AKTI setiap tahunya terbatas dan (2) Biaya pendidikan di AKTI cukup besar.

Kata kunci      : Model, Pendidikan Vokasional, AKTI

PENDAHULUAN
Total proyeksi kebutuhan tenaga kerja industri dalam rangka pembangunan ekonomi nasional pada tahun 2017 sebanyak 589.447, Tahun 2018 meningkat menjadi 604.565, kemudian tahun 2019 meningkat lagi menjadi 619.732 (AKTI, 2019). Saat ini link and match pendidikan vokasional dan industri masih belum memadai baik dari segi keilmuan, sarana dan prasarana, guru, maupun supply and demand lulusannya khususnya di bidang otomotif. Melihat hal tersebut Toyota melalui Yayasan Toyota Indonesia di Kabupaten Karawang mendisain sebuah akademi yang dirancang untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap bekerja pada bidang manufacturing otomotif untuk mengurangi gap link and match yang terjadi dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 135/KPT/I/2015 tanggal 4 Desember 2015 yang dinamakan Akademi Komunitas Toyota Indonesia.


Gambar 1. Target Pembentukan 1.000.000 Tenaga Kerja Melalui
Program Vokasi Industri

Pendidikan yang berinteraksi langsung dengan dunia industri sangat penting dan efektif.(Prosser, 1949)(Finch & Crunkilton, 1999)(Ancong, 2019)(Sofyan, 2019). Pendidikan semacam ini menghasilkan lulusan yang cepat beradaptasi dalam pekerjaan sehari-hari sehingga menguntungkan industri (Ancong, 2019). Ciri khas model pendidikan vokasional adalah membentuk dua hal yaitu: (1) Ghino (jepang) yang artinya skil atau keterampilan kemudian (2) Chishiki (jepang) yang artinya pengetahuan.

DISKUSI
Akademi Komunitas Toyota Indonesia adalah Perguruan Tinggi Vokasi yang mendidik mahasiswa dengan tanggap, tangkas dan Tangguh dengan dibekali pendidikan karakter yang kuat terhadap body and mine yang mana akan menjadikan perguruan tinggi yang unggul dalam bidang manufaktur otomotif dan ikut membangun perkembangan Industri Otomotif di Indonesia.

Akademi Komunitas Toyota Indonesia mempunyai fungsi menyelenggarakan pendidikan vokasional level pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Melaksanakan pendidikan yang berorientasi untuk mendukung kegiatan penyediaan tenaga kerja industri otomotif Indonesia.

AKTI dipimpin oleh seorang direktur dibantu wakil direktur I dan wakil direktur II. Struktur Organisasi AKTI secara lengkap dapat dilihat pada bagan struktur organisasi AKTI di bawah ini.


Gambar 2. Struktur Organisasi AKTI 2019

AKTI memiliki visi yaitu: Menjadi Institusi Pendidikan yang unggul dalam bidang proses manufaktur otomotif pada tahun 2025 untuk menghasilkan lulusan yang Tanggap (Perceptive), Tangkas (Agile) dan Tangguh (Perseverance)  sebagai fondasi dalam rengka mendukung perkembangan Industri Otomotif Indonesia. Dalam rangka mewujudkan visinya AKTI memiliki 4 misi yaitu: (1) Menyelenggarakan program pendidikan proses manufaktur otomotif untuk industri otomotif di Indonesia melalui sistem pendidikan  tinggi yang terencana dan terintegrasi dalam kurikulum yang dinamis, fasilitas pendukung lengkap dan Dosen yang kompeten, (2) Melaksanakan penelitian untuk meningkatan standar teknologi dalam bidang proses manufaktur otomotif industri dan otomotif di indonesia, (3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada bidang industri otomotif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan (4) Menyelenggarakan kerjasama baik dalam Negeri maupun luar Negeri dalam mengimplementasikan Visi serta Tridarma Perguruan Tinggi.

Kurikulum di AKTI lebih ditekankan pada peningkatan keterampilan dan karakter melalui praktik ketika di laboratorium maupun langsung ketika kerja praktik di perusahaan ketiga magang. Selanjutnya selain itu juga diajarkan pada pengetahuan tentang budaya industri. Fase pendidikan di AKTI ada 4 fase, yaitu: (1) penanaman sikap dasar dan mobilitas pekerja industri, (2) penumbuhan kemampuan belajar teori, praktik, dan kebiasaan di asrama, (3) pengembangan minat bakat, softskills dan leadership, kemudian diakhiri dengan (4) praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi.

Pada fase penanaman karakter benar-benar ditekankan pada disiplin kerja. Penanaman karakter dilakukan oleh abntuan TNI sehingga mendapatkan ahsil yang maksimal. Salah satu alumni AKTI menyebutkan bahwa budaya yang dibentuk antara lain: (1) bangun pagi, (2) mulai kuliah pukul 6 pagi dengan didahului apel, (3) pulang selalu sore hari, (4) selalu melakukan aktivitas produktif, (5) tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, dan (6) pola hidup sehat.

Pada fase penumbuhan kemampuan belajar teori dan praktik dilakukan di kelas dan laboratorium yang menggunakan teknologi terkini dan memadai sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada di Toyota Motor Manufactoring Indonesia (TMMIN). Pembelajaran teori antara lain tentang: (1) pembentukan dasar, (2) alat ukur, (3) gambar teknik, (4) penumatik dan hidrolik, dan (5) otomasi. Sebagai sarana penunjang pembelajaran teori terdapat ruang kelas yang representatif, meja kerja, meja gambar, perpustakaan, lab bahasa. Sebagai sarana penunjang pertemuan ada juga aula seminar. Setelah selesai pembelajaran mahasiswa pulang ke asrama untuk melanjutkan aktivitas agar suasana tetap terkondisikan dan tidak terpengaruh dari luar

Pada fase pengembangan minat bakat, softskills dan leadership dilaksanakan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler diantaranya: (1) marching band, (2) Pelatihan Baris Berbaris (PBB), (3) Paskibraka 17 Agustus, (4) Paduan Suara, (5) Berbagai Olah raga di asrama maupun kampus, (6) Kegiatan Keagamaan, (7) Bakti Sosial ke Masyarakat, dan (8) Santunan anak yatim piatu.

Pendidikan di AKTI diakhiri dengan fase empat yaitu praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi. Praktik industri dilakukan melalui on the job develompent dan pemagangan produksi di perusahaan TMMIN serta diawasi langsung oleh pekerja yang kompeten di bidangnya sehingga mahasiswa semakin mantap dengan skills dan knowledges yang dimilikinya. Kalaupun terjadi kesalahan langsung dapat diperbaiki oleh pembimbing di industri TMMIN. Sebagai bukti bahwa mahasiswa benar-benar memiliki kompetensi yang terstandar maka mahasiswa juga melakukan uji sertifikasi kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang dilakukan di Lembaga Sertifikasi Profesi sehingga diakui secara nasional. Sertifikasi yang telah dilaksanakan yaitu National Skill Certification Test for Equipment Maintenance Level 3 di LSP-LMI. Mahasiswa melaksanakan uji sertifikasi kompetensi dengan menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Setelah lulus dari rangkaian pendidikan termasuk uji kompetensi dilaksanakan, mahasiswa melaksanakan wisuda yang diadakan setiap tahunnya. Sampai saat artikel ini dibuat baru meluluskan tiga angkatan yang lulus sejak tahun 2016 dengan total lulusan 96 orang dan semuanya (100%) terserap di lini produksi dengan kualitas baik. Kurikulum di AKTI dibuat adaptif dan fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan revolusi industri 4.0 serta tuntutan keterampilan abad 21. Tahapan rekrutmen mahasiswa AKTI meliputi 5 tahap yaitu: (1) Seleksi Administratif, (2) Tes Intelegensia, (3) Prikotes Interview, (4) Medical Check Up, dan (5) Penumuman hasil.

Keunggulan AKTI antara lain adalah: (1) memiliki tim pengajar yang kompeten yaitu dosen yang merupakan pakar di bidangnya, (2) memiliki struktur organisasi yang rapi dan solid sehingga efektif dan efisien, (3) memiliki program kerja yang tepat diantaranya adalah berupa pendidikan dan pelatihan (diklat) dosen di Toyota Jepang dan diklat dosen di Polman Bandung, (4) memiliki manajemen pengelolaan yang kuat, (5) memiliki manajemen sistem informasi (IT) yang akurat, serta (6) memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diantaranya: gedung kuliah, kantin, parkir, dojo pneupatic hidrolik, dojo elemen mesin, dojo PLC Squence, dojo monozukuri, ruang kelas, lab gambar, lab bahasa, perpustakaan, karakuri creative studio, dan asrama mahasiswa.

Kelemahan AKTI antara lain adalah: (1) Jumlah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan di AKTI setiap tahunya terbatas dan (2) Biaya pendidikan di AKTI cukup besar.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian studi literatur diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.        Model pembelajaran di AKTI ada 4 fase yaitu: (1) penanaman sikap dasar dan mobilitas pekerja industri, (2) penumbuhan kemampuan belajar teori, praktik, dan kebiasaan di asrama, (3) pengembangan minat bakat, softskills dan leadership, kemudian diakhiri dengan (4) praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi.
2.        Struktur Organisasi AKTI adalah terdiri dari: (1) Senat Akademik, (2) Direktur, (3) Dewan Penyantun, (4) Dewan Kode Etik, (5) Satuan Pengawas Internal (SDM & Keaungan), (6) Wakil Direktur I, (7) Wakil Direktur II, serta (8) Dosen. Wakil direktur I bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Ketua Team Persiapan Prodi TPKR4, Badan Administrasi Akademik, Unit Perpustakaan, Penelitian dan PKM, Program Studi TPMO, dan Unit Penjaminan Mutu sedangkan Wakil direktur II bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Unit Laboratorium Sarana dan Prasarana, Unit Keuangan, Unit Kemahasiswaan dan Alumni, Unit Kelembagaan, SDM, Kerjasama dan IT.
3.        Kelebihan AKTI antara lain: (1) memiliki tim pengajar yang kompeten yaitu dosen yang merupakan pakar di bidangnya, (2) memiliki struktur organisasi yang rapi dan solid sehingga efektif dan efisien, (3) memiliki program kerja yang tepat diantaranya adalah berupa pendidikan dan pelatihan (diklat) dosen di Toyota Jepang dan diklat dosen di Polman Bandung, (4) memiliki manajemen pengelolaan yang kuat, (5) memiliki manajemen sistem informasi (IT) yang akurat, serta (6) memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diantaranya: gedung kuliah, kantin, parkir, dojo pneupatic hidrolik, dojo elemen mesin, dojo PLC Squence, dojo monozukuri, ruang kelas, lab gambar, lab bahasa, perpustakaan, karakuri creative studio, dan asrama mahasiswa. Sedangkan kelemahan AKTI antara lain:(1) Jumlah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan di AKTI setiap tahunya terbatas dan (2) Biaya pendidikan di AKTI cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA
Akademi Komunitas Toyota Indonesia. (2019). Akademi Komunitas Toyota Indonesia. Diakses dari  http://www.akti.ac.id/ pada tanggal 28 Desember 2019
Akademi Komunitas Toyota Indonesia. (2019). Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=fZFaHIVOZcU&feature=emb_title pada tanggal 28 Desember 2019