Sabtu, 01 Februari 2020

MODEL PENDIDIKAN VOKASIONAL DI AKADEMI KOMUNITAS TOYOTA INDONESIA (AKTI)


MODEL PENDIDIKAN VOKASIONAL
DI AKADEMI KOMUNITAS TOYOTA INDONESIA (AKTI)
Oleh:
Rendra Ananta Prima Hardiyanta

Abstrak
Pembangunan sektor industri membutuhkan tenaga kerja yang kompeten dan link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Tenaga kerja yang kompeten dibentuk oleh lembaga pendidikan vokasional yang kompeten pula. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan model pendidikan vokasional di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI), (2) struktur organisasi di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI), dan (3) mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model pendidikan vokasional di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI). Metode dalam penelitian ini adalah studi literatur yaitu dengan melakukan pencarian sumber bacaan dari internet, buku referensi, maupun artikel pendidikan vokasional yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Model pembelajaran di AKTI terdiri dari 4 fase yaitu: (a) penanaman sikap dasar dan mobilitas pekerja industri, (b) penumbuhan kemampuan belajar teori, praktik, dan kebiasaan di asrama, (c) pengembangan minat bakat, softskills dan leadership, kemudian diakhiri dengan (d) praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi; (2) Struktur Organisasi AKTI adalah terdiri dari: (1) Senat Akademik, (2) Direktur, (3) Dewan Penyantun, (4) Dewan Kode Etik, (5) Satuan Pengawas Internal (SDM & Keaungan), (6) Wakil Direktur I, (7) Wakil Direktur II, serta (8) Dosen. Wakil direktur I bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Ketua Team Persiapan Prodi TPKR4, Badan Administrasi Akademik, Unit Perpustakaan, Penelitian dan PKM, Program Studi TPMO, dan Unit Penjaminan Mutu sedangkan Wakil direktur II bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Unit Laboratorium Sarana dan Prasarana, Unit Keuangan, Unit Kemahasiswaan dan Alumni, Unit Kelembagaan, SDM, Kerjasama dan IT; (3) Kelebihan AKTI antara lain: (1) memiliki tim pengajar yang kompeten, (2) memiliki struktur organisasi yang rapi dan solid, (3) memiliki program kerja yang tepat, (4) memiliki manajemen pengelolaan yang kuat, (5) memiliki manajemen sistem informasi (IT) yang akurat, serta (6) memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diantaranya. Sedangkan kelemahan AKTI antara lain:(1) Jumlah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan di AKTI setiap tahunya terbatas dan (2) Biaya pendidikan di AKTI cukup besar.

Kata kunci      : Model, Pendidikan Vokasional, AKTI

PENDAHULUAN
Total proyeksi kebutuhan tenaga kerja industri dalam rangka pembangunan ekonomi nasional pada tahun 2017 sebanyak 589.447, Tahun 2018 meningkat menjadi 604.565, kemudian tahun 2019 meningkat lagi menjadi 619.732 (AKTI, 2019). Saat ini link and match pendidikan vokasional dan industri masih belum memadai baik dari segi keilmuan, sarana dan prasarana, guru, maupun supply and demand lulusannya khususnya di bidang otomotif. Melihat hal tersebut Toyota melalui Yayasan Toyota Indonesia di Kabupaten Karawang mendisain sebuah akademi yang dirancang untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap bekerja pada bidang manufacturing otomotif untuk mengurangi gap link and match yang terjadi dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 135/KPT/I/2015 tanggal 4 Desember 2015 yang dinamakan Akademi Komunitas Toyota Indonesia.


Gambar 1. Target Pembentukan 1.000.000 Tenaga Kerja Melalui
Program Vokasi Industri

Pendidikan yang berinteraksi langsung dengan dunia industri sangat penting dan efektif.(Prosser, 1949)(Finch & Crunkilton, 1999)(Ancong, 2019)(Sofyan, 2019). Pendidikan semacam ini menghasilkan lulusan yang cepat beradaptasi dalam pekerjaan sehari-hari sehingga menguntungkan industri (Ancong, 2019). Ciri khas model pendidikan vokasional adalah membentuk dua hal yaitu: (1) Ghino (jepang) yang artinya skil atau keterampilan kemudian (2) Chishiki (jepang) yang artinya pengetahuan.

DISKUSI
Akademi Komunitas Toyota Indonesia adalah Perguruan Tinggi Vokasi yang mendidik mahasiswa dengan tanggap, tangkas dan Tangguh dengan dibekali pendidikan karakter yang kuat terhadap body and mine yang mana akan menjadikan perguruan tinggi yang unggul dalam bidang manufaktur otomotif dan ikut membangun perkembangan Industri Otomotif di Indonesia.

Akademi Komunitas Toyota Indonesia mempunyai fungsi menyelenggarakan pendidikan vokasional level pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Melaksanakan pendidikan yang berorientasi untuk mendukung kegiatan penyediaan tenaga kerja industri otomotif Indonesia.

AKTI dipimpin oleh seorang direktur dibantu wakil direktur I dan wakil direktur II. Struktur Organisasi AKTI secara lengkap dapat dilihat pada bagan struktur organisasi AKTI di bawah ini.


Gambar 2. Struktur Organisasi AKTI 2019

AKTI memiliki visi yaitu: Menjadi Institusi Pendidikan yang unggul dalam bidang proses manufaktur otomotif pada tahun 2025 untuk menghasilkan lulusan yang Tanggap (Perceptive), Tangkas (Agile) dan Tangguh (Perseverance)  sebagai fondasi dalam rengka mendukung perkembangan Industri Otomotif Indonesia. Dalam rangka mewujudkan visinya AKTI memiliki 4 misi yaitu: (1) Menyelenggarakan program pendidikan proses manufaktur otomotif untuk industri otomotif di Indonesia melalui sistem pendidikan  tinggi yang terencana dan terintegrasi dalam kurikulum yang dinamis, fasilitas pendukung lengkap dan Dosen yang kompeten, (2) Melaksanakan penelitian untuk meningkatan standar teknologi dalam bidang proses manufaktur otomotif industri dan otomotif di indonesia, (3) Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada bidang industri otomotif dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan (4) Menyelenggarakan kerjasama baik dalam Negeri maupun luar Negeri dalam mengimplementasikan Visi serta Tridarma Perguruan Tinggi.

Kurikulum di AKTI lebih ditekankan pada peningkatan keterampilan dan karakter melalui praktik ketika di laboratorium maupun langsung ketika kerja praktik di perusahaan ketiga magang. Selanjutnya selain itu juga diajarkan pada pengetahuan tentang budaya industri. Fase pendidikan di AKTI ada 4 fase, yaitu: (1) penanaman sikap dasar dan mobilitas pekerja industri, (2) penumbuhan kemampuan belajar teori, praktik, dan kebiasaan di asrama, (3) pengembangan minat bakat, softskills dan leadership, kemudian diakhiri dengan (4) praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi.

Pada fase penanaman karakter benar-benar ditekankan pada disiplin kerja. Penanaman karakter dilakukan oleh abntuan TNI sehingga mendapatkan ahsil yang maksimal. Salah satu alumni AKTI menyebutkan bahwa budaya yang dibentuk antara lain: (1) bangun pagi, (2) mulai kuliah pukul 6 pagi dengan didahului apel, (3) pulang selalu sore hari, (4) selalu melakukan aktivitas produktif, (5) tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, dan (6) pola hidup sehat.

Pada fase penumbuhan kemampuan belajar teori dan praktik dilakukan di kelas dan laboratorium yang menggunakan teknologi terkini dan memadai sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada di Toyota Motor Manufactoring Indonesia (TMMIN). Pembelajaran teori antara lain tentang: (1) pembentukan dasar, (2) alat ukur, (3) gambar teknik, (4) penumatik dan hidrolik, dan (5) otomasi. Sebagai sarana penunjang pembelajaran teori terdapat ruang kelas yang representatif, meja kerja, meja gambar, perpustakaan, lab bahasa. Sebagai sarana penunjang pertemuan ada juga aula seminar. Setelah selesai pembelajaran mahasiswa pulang ke asrama untuk melanjutkan aktivitas agar suasana tetap terkondisikan dan tidak terpengaruh dari luar

Pada fase pengembangan minat bakat, softskills dan leadership dilaksanakan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler diantaranya: (1) marching band, (2) Pelatihan Baris Berbaris (PBB), (3) Paskibraka 17 Agustus, (4) Paduan Suara, (5) Berbagai Olah raga di asrama maupun kampus, (6) Kegiatan Keagamaan, (7) Bakti Sosial ke Masyarakat, dan (8) Santunan anak yatim piatu.

Pendidikan di AKTI diakhiri dengan fase empat yaitu praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi. Praktik industri dilakukan melalui on the job develompent dan pemagangan produksi di perusahaan TMMIN serta diawasi langsung oleh pekerja yang kompeten di bidangnya sehingga mahasiswa semakin mantap dengan skills dan knowledges yang dimilikinya. Kalaupun terjadi kesalahan langsung dapat diperbaiki oleh pembimbing di industri TMMIN. Sebagai bukti bahwa mahasiswa benar-benar memiliki kompetensi yang terstandar maka mahasiswa juga melakukan uji sertifikasi kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang dilakukan di Lembaga Sertifikasi Profesi sehingga diakui secara nasional. Sertifikasi yang telah dilaksanakan yaitu National Skill Certification Test for Equipment Maintenance Level 3 di LSP-LMI. Mahasiswa melaksanakan uji sertifikasi kompetensi dengan menggunakan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Setelah lulus dari rangkaian pendidikan termasuk uji kompetensi dilaksanakan, mahasiswa melaksanakan wisuda yang diadakan setiap tahunnya. Sampai saat artikel ini dibuat baru meluluskan tiga angkatan yang lulus sejak tahun 2016 dengan total lulusan 96 orang dan semuanya (100%) terserap di lini produksi dengan kualitas baik. Kurikulum di AKTI dibuat adaptif dan fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan revolusi industri 4.0 serta tuntutan keterampilan abad 21. Tahapan rekrutmen mahasiswa AKTI meliputi 5 tahap yaitu: (1) Seleksi Administratif, (2) Tes Intelegensia, (3) Prikotes Interview, (4) Medical Check Up, dan (5) Penumuman hasil.

Keunggulan AKTI antara lain adalah: (1) memiliki tim pengajar yang kompeten yaitu dosen yang merupakan pakar di bidangnya, (2) memiliki struktur organisasi yang rapi dan solid sehingga efektif dan efisien, (3) memiliki program kerja yang tepat diantaranya adalah berupa pendidikan dan pelatihan (diklat) dosen di Toyota Jepang dan diklat dosen di Polman Bandung, (4) memiliki manajemen pengelolaan yang kuat, (5) memiliki manajemen sistem informasi (IT) yang akurat, serta (6) memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diantaranya: gedung kuliah, kantin, parkir, dojo pneupatic hidrolik, dojo elemen mesin, dojo PLC Squence, dojo monozukuri, ruang kelas, lab gambar, lab bahasa, perpustakaan, karakuri creative studio, dan asrama mahasiswa.

Kelemahan AKTI antara lain adalah: (1) Jumlah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan di AKTI setiap tahunya terbatas dan (2) Biaya pendidikan di AKTI cukup besar.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian studi literatur diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.        Model pembelajaran di AKTI ada 4 fase yaitu: (1) penanaman sikap dasar dan mobilitas pekerja industri, (2) penumbuhan kemampuan belajar teori, praktik, dan kebiasaan di asrama, (3) pengembangan minat bakat, softskills dan leadership, kemudian diakhiri dengan (4) praktik industri dan pengakuan melalui sertifikasi kompetensi.
2.        Struktur Organisasi AKTI adalah terdiri dari: (1) Senat Akademik, (2) Direktur, (3) Dewan Penyantun, (4) Dewan Kode Etik, (5) Satuan Pengawas Internal (SDM & Keaungan), (6) Wakil Direktur I, (7) Wakil Direktur II, serta (8) Dosen. Wakil direktur I bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Ketua Team Persiapan Prodi TPKR4, Badan Administrasi Akademik, Unit Perpustakaan, Penelitian dan PKM, Program Studi TPMO, dan Unit Penjaminan Mutu sedangkan Wakil direktur II bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Unit Laboratorium Sarana dan Prasarana, Unit Keuangan, Unit Kemahasiswaan dan Alumni, Unit Kelembagaan, SDM, Kerjasama dan IT.
3.        Kelebihan AKTI antara lain: (1) memiliki tim pengajar yang kompeten yaitu dosen yang merupakan pakar di bidangnya, (2) memiliki struktur organisasi yang rapi dan solid sehingga efektif dan efisien, (3) memiliki program kerja yang tepat diantaranya adalah berupa pendidikan dan pelatihan (diklat) dosen di Toyota Jepang dan diklat dosen di Polman Bandung, (4) memiliki manajemen pengelolaan yang kuat, (5) memiliki manajemen sistem informasi (IT) yang akurat, serta (6) memiliki fasilitas sarana dan prasarana pendidikan yang memadai diantaranya: gedung kuliah, kantin, parkir, dojo pneupatic hidrolik, dojo elemen mesin, dojo PLC Squence, dojo monozukuri, ruang kelas, lab gambar, lab bahasa, perpustakaan, karakuri creative studio, dan asrama mahasiswa. Sedangkan kelemahan AKTI antara lain:(1) Jumlah peserta didik yang dapat mengikuti pendidikan di AKTI setiap tahunya terbatas dan (2) Biaya pendidikan di AKTI cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA
Akademi Komunitas Toyota Indonesia. (2019). Akademi Komunitas Toyota Indonesia. Diakses dari  http://www.akti.ac.id/ pada tanggal 28 Desember 2019
Akademi Komunitas Toyota Indonesia. (2019). Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=fZFaHIVOZcU&feature=emb_title pada tanggal 28 Desember 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar