Gambar 1. World Skills 2019
Kepanjangan
dari TVET adalah Technical and Vocational Education and Training. Istilah
tersebut terdiri dari 4 (empat) kata inti, yaitu: (1) Technical; (2)
Vocational; (3) Education, dan (4) Training. Apabila dikaji secara mendalam ada
perbedaan makna yang sangat jauh antara Technical dengan Vocational dan antara
Education dengan Training. TVET adalah pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Lembaga TVET di Indonesia terdiri dari Sekolah Menegah kejuruan (SMK) pada tingkat pendidikan menengah dan Politeknik pada tingkat pendidikan tinggi. Dalam perjalanannya TVET di Indonesia dituduh memberikan sumbangan angka pengangguran yang paling tinggi khususnya lulusan SMK. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan sebenarnya ada di bagian mana masalahnya? Pada artikel ini akan dibahas secara singkat dan padat masalah yang ada pada pendidikan voaksional (TVET) di Indoensia.Berikut ini adalah delapan (8) Masalah Pendidikan Vokasional (TVET) di Indonesia ditinjau dari 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diolah dari berbagai sumber.
Masalah 1. Standar Kompetensi Lulusan
- Kompetensi lulusan rendah- Lulusan tidak siap kerja
- Gaji yang diterima tidak sesuai dengan biaya pendidikan yang telah dikeluarkan
- Perbandingan jumlah lapangan kerja dan lulusan (pencari kerja) timpang
- Lulusan kompetensi tertentu tidak dibutuhkan setiap tahun
- Dunia Usaha/Dunia Industri tidak mengakui kompetensi hasil lembaga pendidikan vokasional dan harus melakukan training kembali.
Masalah 2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
- Minat menjadi guru relatif rendah
- Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan belum memadai
- Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan belum memadai
- Gaji yang diterima tidak sesuai dengan biaya pendidikan yang telah dikeluarkan
Masalah 3. Standar Sarana dan Prasarana
- Sarana dan prasarana pendidikan belum memadai
- Perawatan sarana dan prasarana belum dilakukan dengan baik
- Sarana dan prasarana kurang fleksibel untuk dikembangkan.
Masalah 4. Standar Isi
- Kurikulum (kompetensi) yang diajarkan kurang relevan dengan kebutuhan dunia kerja
- Jumlah jam pelajaran untuk mata pelajaran muatan lokal potensi kedaerahan belum mendapat perhatian lebih
Masalah 5. Standar Proses
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) / Lesson Plan belum optimal membantu Guru dalam pembelajaran.
- RPP memberatkan guru
- Di sekolah swasta pembelajaran terganggu dengan kegiatan-kegiatan sekolah dan penerimaan peserta didik baru serta sulit untuk mengeluarkan siswa.
Masalah 6. Standar Penilaian
- Penilaian belum menggunakan standar kebutuhan kerja.
- Penilaian belum mampu menunjukan performa sebenarnya
- Penilaian yang digunakan belum komprehensif
- Model penilaian belum mampu memudahkan rekrutmen pekerjaan
Masalah 7. Standar Pengelolaan
- Pengelolaan administrasi sekolah belum efisien
- Pengembangan Sumber Daya Manusia di sekolah belum optimal karena mengganggu jam pelajaran.
- SOP yang telah disusun belum dilaksanakan dan diawasi dengan penuh tanggungjawab.
- Kompetensi dalam bidang pengelolaan masih rendah.
Masalah 8. Standar Pembiayaan
- Biaya pendidikan belum pernah dievaluasi
- Biaya pendidikan belum pernah dianalisis
- Unit cost biaya pendidikan per siswa belum pernah dianalisis dengan rinci
- Pembayaran SPP siswa tidak dapat diprediksi.
- Biaya operasional pendidikan tercampur dengan biaya pengembangan pendidikan dan biaya lainnya.
Demikian adalah delapan (8) masalah pendidikan vokasional (TVET) di Indonesia akhir-akhir ini. Jika pembaca mempunyai masukan terkait dengan masalah pada pendidikan vokasional termasuk didalamnya pendidikan kejuruan (SMK), D3/D4 silahkan tulis pada kolom komentar, siapa tau ada solusi yang bisa mengubah pendidikan vokasional di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Atas perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih. Salam Pendidikan Vokasional Indonesia !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar